Rabu, 20 Juni 2012

ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL


BOEDI OETOMO

Organisasi ini berdiri atas inisiatif dari Mas Ngabehi Wahidin Soedirohoesodo. Pada 1906, ia bertemu dan berdiskusi dengan para pelajar STOVIA di jakarta. Akhirnya dari ide Wahidin Soedirohoesodo, terbentuklah sebuah organisasi yang bernama Boedi Oetomo yang diketuai oleh Soetomo. Tujuan Boedi Oetomo adalah “Kemajuan bagi Hindia”. Dengan cepat organisasi in mendapat dukungan dari banyak kalangan. Namun, seirng berjalannya waktu, Boedi Oetomo mengalami kemunduran yang disebabkan oleh adanya perbedaan orientasi antara golongan tua dan golongan muda. Setelah kongres pertamanya, kepemimpinan Boedi Oetomo dipegang oleh golongan tua yang memutuskan untuk membatasi jangkauan gerak Boedi Oetomo pada masyarakat Jawa dan Madura saja, dan tidak akan melibatkan diri dalamkegiatan politik. Atas perkembangan tersebut, banyak anggota yang kecewa, terutama golongan muda yang kemudian mengunndurkan diri.
Namun, Boedi Oetomo tetap berdiri dan memiliki wakil yang cukup banyak dalam dewan rakyat (Volksraad). Untuk mendapat dukungan yang lebih dari massa, Boedi Oetomo mengalihkan perhatian pada bidang politik. Namun tekanan oleh pemerintah belanda terhadap pergerakan nasional menyebabkan Boedi Oetomo mengalami kemunduran. Pada 1935, Boedi Oetomo bergabung dengan organisasi pergerakan lainnya yaitu Parindra.
Tokoh yang berperan dalam organisasi ini adalah Wahidin Soedirohoesodo yang notabene penggagas terbentuknya Boedi Oetomo dan Dwidjosewoyo yang mengusulkan tentang wajib militer, walaupun akhirnya usulan tersebut ditolak dan diganti dengan dibentuknya Volksraad.
Peran organisasi ini juga cukup besar yaitu menyebabkan munculnya organisasi-organisasi pergerkan nasional yang lain yang berjuang demi bangsa Indonesia.

SAREKAT ISLAM

Organisasi yang bernafaskan syariat islam ini awalnya bernama Sarekat Dagang Islam. Bertujuan untuk mengembangkan jiwa dagang, membantu kesulitan yang dihadapi anggota, memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya derajat bumiputra dan menentang pendapat yang keliru tentang agama islam.
Organisasi ini didirikan oleh H. Samanhudi pada 1911 di Surakarta. Dalam kepemimipinan Haji Oemar Said Tjokroaminoto, organisasi ini berkembang pesat. Ia mengemukakan pendapat bahwa indonesia perlu membentuk pemerintahan bagi rakyatnya sendiri.
Karena disusupi oleh paham radikal yaitu komunisme, akhirnya SI terpecah menjadi dua yaitu SI Merah (berasas komunis) dan SI Putih (berasas islam). Dalam kongresnya pada 1921, SI menerapkan peraturan disiplin partaiyang melarang anggotanya mempunyai keanggotaan ganda. Akibatnya, semua anggota dari cabang SI Merah dikeluarkan dari keanggotaan. Untuk selanjutnya anggota-anggota SI Merah lalu bersatu dalam Partai Komunis Indonesia (PKI).
Tokoh organisasi ini diantaranya H. Samanhudi yang mendirikan organisasi ini dan H.O.S. Tjokroaminoto yang mengetuai sekaligus memunculkan ide pemerintahan sendiri bagi rakyat Indonesia.
Peran organisasi ini adalah menciptakan gagasan mengenai perlunnya sebuah pemerintahan sendiri bagi rakyat indonesia dan sekaligus menjadi sarana bagi berkembangnya komunisme di Indonesia. 

INDISCHE PARTIJ

Organisasi yang berideologi nasionalis ini didirikan pada tahun 1912 dan dipelopori oleh Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat atau yang biasa disebut “Tiga Serangkai”. Tujuan Indische Partij adalah untuk mempersiapkan kehidupan bangsa Indonesia yang  merdeka dan mendobrak kenyataan politik rasial yang dilakukanpemerintah kolonial Belanda. Organisasi politik yang satu ini merupakan salah satu organisasi yang bersifat menentang belanda (non-kooperatif).
Menjelang perayaan 100 tahun kemerdekaan Belanda, dibentuk “Komite Bumiputera” yang bermaksud mengirinkan telegram kepada Ratu Belanda tentang pencabutan pasal III RR (Reglement op het beleidder Regeering) tentang dibentuknya majelis perwakilan rakyat yang sejati dan ketegasan akan adanya kebebasan berpendapat didaerah jajahan. Oleh karena kegiatannya dianggap berbahaya, maka pada Agustus 1913, Tiga Serangkai dijatuhi hukuman dibuang ke Belanda. Permohonan Indische Partij untuk mendapat pengakuan sebagai badan hukum ditolak tegas. Dan Indische Partij dianggap sebagai partai terlarang.
Oleh karena itu,Indische Partij berubah nama menjadi Insulinde. Pada 1919, Insulinde berubah nama menjadi Nationaal Indische Partij (NIP). Dalam perkembanggannya NIP tidak berdampak besar terhadap rakyat Indonesia dan hanya menjadi kumpulan orang-orang terpelajar.
Tokoh yang berjasa dan berperan bagi organisasi ini adalah Tiga Serangkai yang berani mengambil langkah yang berbahaya bagi majunya Indische Partij.
Peran organisasi ini dalam pergerakan Nasional adalah menjadi pelopor partai yang secara tegas menunjukkan sikap non-kooperatifnya kepada Belanda.

PARTAI KOMUNIS INDONESIA.

Partai ini didirikan atas inisiatif tokoh sosialis Belanda, Henk Sneevliet pada 1914, dengan nama Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV atau Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda). Keanggotaan awal ISDV pada dasarnya terdiri atas 85 anggota dari dua partai sosialis Belanda, yaitu SDAP (Partai Buruh Sosial Demokratis) dan SDP (Partai Sosial Demokratis), yang aktif di Hindia Belanda. ISDV mulai aktif dalam penerbitan dalam bahasa Belanda, "Het Vrije Woord" (Kata yang Merdeka). Editornya adalah Adolf Baars.
Pada saat pembentukannya, ISDV tidak menuntut kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu, ISDV mempunyai sekitar 100 orang anggota, dan dari semuanya itu hanya tiga orang yang merupakan warga pribumi Indonesia. Namun demikian, partai ini dengan cepat berkembang menjadi radikal dan anti kapitalis. Di bawah pimpinan Sneevliet partai ini merasa tidak puas dengan kepemimpinan SDAP di Belanda, dan yang menjauhkan diri dari ISDV. Pada 1917, kelompok reformis dari ISDV memisahkan diri dan membentuk partainya sendiri, yaitu Partai Demokrat Sosial Hindia.
Pada 1917 ISDV mengeluarkan penerbitannya sendiri dalam bahasa Melayu, "Soeara Merdeka". Di bawah kepemimpinan Sneevliet, ISDV yakin bahwa Revolusi Oktober seperti yang terjadi di Rusia harus diikuti Indonesia. Kelompok ini berhasil mendapatkan pengikut di antara tentara-tentara dan pelaut Belanda yang ditempatkan di Hindia Belanda. Dibentuklah "Pengawal Merah" dan dalam waktu tiga bulan jumlah mereka telah mencapai 3.000 orang. ISDV terus melakukan kegiatannya, meskipun dengan cara bergerak di bawah tanah. Organisasi ini kemudian menerbitkan sebuah terbitan yang lain, Soeara Ra’jat. Setelah sejumlah kader Belanda dikeluarkan dengan paksa, ditambah dengan pekerjaan di kalangan Sarekat Islam, keanggotaan organisasi ini pun mulai berubah dari mayoritas warga Belanda menjadi mayoritas orang Indonesia.
Henk Sneevliet mewakili partai ini pada kongresnya kedua Komunis Internasional pada 1920. Pada 1924 nama partai ini sekali lagi diubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada awalnya gerakan PKI hanyalah berasimilasi ke dalam Sarekat Islam. Namun karena keadaan yang semakin parah dimana ada perselisihan antara para anggotanya, terutama di Semarang dan Yogyakarta membuat Sarekat Islam melaksanakan disiplin partai. Yakni melarang anggotanya mendapat gelar ganda di kancah perjuangan pergerakan indonesia. Keputusan tersebut tentu saja membuat para anggota yang beraliran komunis kesal dan keluar dari partai dan membentuk partai baru yang disebut ISDV. Pada Kongres ISDV di Semarang (Mei 1920), nama organisasi ini diubah menjadi Perserikatan Komunis di HindiaSemaoen diangkat sebagai ketua partai, Darsono sebagai wakil ketua, dan Bergsma sebagai sekretaris.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar